Indonesia Bangun Pusat Investigasi Kejahatan "Cyber" - Teknologi Programing

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 19 Maret 2015

Indonesia Bangun Pusat Investigasi Kejahatan "Cyber"

Wakil Kepala Kepolisian Negara RI Komisaris Jenderal Nanan Sukarna, mewakili Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, bersama Kepala Australian Federal Police Commissioner Tony Negus APM meresmikan pengoperasian kantor pusat investigasi kejahatan dunia maya, Cyber Crime Investigations Satellite Office Kepolisian Daerah Metro Jaya, Senin (29/4).
 
 
 
 Kepala Subdirektorat Cyber Crime Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru memandu Kepala Australian Federal Police Commissioner Tony Negus APM seusai meresmikan Cyber Crime Investigation Satellite Office di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (29/4). Fasilitas untuk memerangi kejahatan dunia maya itu merupakan bantuan dari kepolisian Australia.
 
Nanan Sukarna mengatakan, pembangunan CCISO ini merupakan kerja sama Polri dan AFP yang dilaksanakan sejak tahun 2010. Selain ada di Polda Metro, CCISO juga ada di Mabes Polri, Polda Sumatera Utara, Polda Bali, dan Polda Nusa Tenggara Barat. Di masa mendatang akan diadakan di semua polda. Tony Negus menjelaskan, untuk membantu pengadaan seluruh peralatan dan mempersiapkan personel CCISO, Australia menyediakan dana sekitar 9 juta dollar Australia.
Untuk mempersiapkan personel, menurut Nanan, akan diadakan pelatihan pada Juni mendatang.
Kerja sama antarnegara
Nanan menjelaskan, setiap negara menghadapi kenyataan bahwa sistem komunikasi saat ini, dengan kemajuan teknologi informatika, saling terkoneksi. Dampaknya, tak ada lagi batas wilayah jika terjadi kejahatan di dunia maya. Untuk itu, setiap negara harus bekerja sama mengatasinya.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Sutarman mengatakan, terkait masalah cyber crime, Polri sudah bekerja sama dengan beberapa negara. Namun, kerja sama yang sangat khusus baru dengan AFP. Kerja sama dengan AFP dibangun sejak peristiwa bom Bali. Hasilnya, Polri dapat mengungkap semua jaringan teroris yang terlibat dalam kasus tersebut.
Ia juga mengingatkan, cyber crime sangat berbahaya dan bisa berhubungan dengan kejahatan lain, seperti terorisme dan kejahatan terorganisasi lain.
”Kita bisa bayangkan, situs web kepresidenan saja bisa dibobol. Kalau seandainya data bank bisa dibobol, lalu rekening di bank itu dipindahkan ke orang lain, ini bisa sangat berbahaya sekali. Bisa menghancurkan perekonomian,” papar Sutarman.
Saat ini, sistem e-government terkoneksi satu sama lain. Kalau ini dibobol, kegiatan pemerintah pun akan lumpuh,” ujarnya.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno pun mengimbau, masyarakat yang mengalami kejahatan dunia maya bisa segera melapor kepada polisi sehingga personel CCISO bisa cepat melacak. ”Setiap laporan masuk pasti akan kami tindak lanjuti,” katanya.
Menurut Wakil Direktur Kriminal Khusus Ajun Komisaris Besar Hery Santoso, Polda Metro menerima sekitar 800 kasus cyber crime per tahun. Sebelum ada kerja sama dengan AFP, pengungkapan kasus sangat kecil. Namun, setelah ada kerja sama dengan AFP, mulai Juni 2012, penyelesaian kasus mencapai 40 persen dari total kasus yang masuk.
”Dengan sudah beroperasinya CCISO yang lengkap dengan peralatannya, kami targetkan penyelesaian kasus bisa 60 persen per tahun,” katanya. (RTS)
 
 
kali berita ini telah dibaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Note :
- Harap Komentar Sesuai dg Judul Bacaan
- Tidak diperbolehkan Untuk Mempromosikan Barang ato Berjualan
- Bagi Komentar Yg Menautkan Link Aktif di anggap Spam
* Selamat Berkomentar dn Salam persahabatan *

Post Bottom Ad

Halaman

Teknologi Programing

M. Hamim. Skom

Chat WhatsApp